Kamis, 11 Februari 2010

Cerpen (Nasib Karena Cinta)

Ditulis oleh Deni Purnadi Bakti (Selasa, 28 Oktober 2008)
Renged, Sukabumi, Jawa Barat

Nasib Karena Cinta

(bagian 1)

     Aqil, itulah namaku. Aku sekolah disebuah SMA favorit, saat ini aku duduk dikelas 2. Aku sangat disayangi oleh orang tuaku, karena memang aku sangat tampan, hidungku mancung, pandangan mataku bercahaya, senyumku menawan, badanku tegap dan gagah. Ditambah kecerdasanku yang tidak ada yang mengalahkan, memang pantas jika aku di idolakan dan disayangi oleh banyak orang.
     Ketika masih duduk di bangku SMP, aku adalah siswa pendiam, cool, tapi disegani karena prestasi dan kemampuanku , hingga aku dijuluki "diam-diam menghanyutkan". Semua itulah yang telah mengantarku SMA favorit. Di sekolah baruku ini, banyak siswa dari berbagai latar belakang, dengan berbagai karakter dan sifat.
     "Hei!, Sedang ngapain loch?" Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara keras disampingku. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan itu.
     "Ayo, gabung dengan kita-kita!" Kata orang itu lagi.
     "Tidak, ah. Terimakasih" Jawabku sambil tetap duduk dibangku teras sekolah.
     "Ya udah, biarin aja Lex" Kata temannya yang lain. Ternyata orang yang ngajak aku tadi bernama Alex.
     "Ben, ayo kita ke lokasi!"Kata Alex kepada Ben.

     Mereka pergi meninggalkan aku yang masih tetap duduk. Mereka nongkrong dipinggir jalan sambil bercanda dan bersiul-siul. Terkadang merka terdengar memanggil gadis-gadis yang lewat melintasi jalan itu. Memang, sekolahku berada di pinggir jalan.

     Disamping siswa yang berutal dan berlaga preman itu, ada juga siswa yang soleh, baik hati, dan suka memberi tausiah agar kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka adalah ketua remaja masjid, beserta teman-temannya.

     Ah, beginilah dunia. Penuh dengan berbagai adegan dan cerita. Tampak juga para pengurus OSIS yang sibuk dengan berbagai program dan kegiatan, ada juga siswa yang hanya mondar-mandir dihalaman sekolah, olah raga, ikut ektrakulikuler dan sebagainya.

     Bagaimana dengan aku? Ah, aku lebih suka belajar sincn, atau terkadang hanya memperhatikan tingkah laku anak-anak yang beranjak dewasa itu.

     "Sekarang kita ke lab kimia (lab=laboratorium), untuk mempelajari materi senyawa" Kata Pak Ilham. Beliau adalah guru kimia disekolahku.
     "Yah, ke lab. Apa asyiknya?" Kata Alex sambil mencibir.
     "Jangan hanya mencari asyiknya, tetapi kita juga butuh manfaatnya" Kata Ikhsan sambil melirik ke arah Alex. Dia adalah ketua remaja masjid.


     Walau ada yang dengan terpaksa, kami sekelas pergi ke lab kimia dengan dibimbing oleh Pak Ilham.
     "Sekarang kita bagi menjadi empat kelompok, dan tiap kelompok masing-masing lima orang." Kata guruku memerintah.
     Disekolahku tiap kelas ada 20 orang, memang sekolahku adalah sekolah favorit, jadi jumlah siswa perkelas dibatasi.
     "Aqil, coba bimbing kelompok kamu" Kata Pak Ilham kepadaku.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar