Jumat, 31 Juli 2009

BAGAIMANA EMOSIONAL INTELLEGENCE MENDORONG INTELEKTUAL QUESTION PADA KEPRIBADIAN SESEORANG

1. Pendahuluan
a. Pengertian
Akar kata (mungkin asal kata red) emosi adalah movere kata kerja bahasa latin yang berarti menggerakan, bergerak, ditambah awalan e-, untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalamemosi.
Intelegensi di definisikan sebagai:
Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Mayer mendefinisikan EQ sebagai:
Sekelompok kemampuan mental yang membantu anda mengenali dan memahami perasaan-perasaan anda dan perasaan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan anda.

b. Penjelasan
Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. sehingga intelegensi emosional dapat diartikan sebagai pikiran dan tindakan seseorang yang di dorong oleh perasaan, untuk kepentingan tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah pendidikan, pengalaman dan latihan.
Setiap emosi menawarkan pada persiapan tindakan tersendiri; masing-masing menuntun kita kearah yang telah terbukti berjalan baik ketika menangani tantangan yang datang berulang-ulang dalam hidup manusia. Karena situasi ini berlangsung terus menerus dalam sepanjang sejarah evolusi manusia, nilai kelangsungan hidup repertoar emosi dibuktikan oleh terekamnya nilai tersebut dalam sistem syaraf sebagai sifat bawaan dan kecenderungan automatis perasaan manusia.
Bahwasanya emosi memancing tindakan, tampak jelas bila kita mengamati binatang atau anak-anak hanya pada orang dewasa yang beradab kita begitu sering menemukan perkecualian besar dalam dunia mahluk hidup. Emosi akan dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi yang tampak dimata.
Emosi yang berhubungan dengan sistem urat syaraf otak dan lapisan luar otak kanan sering dianggap kurang penting dibandingkan otak kiri yang sadar jelas dan rasional. Intelegensi melibatkan dua sisi otak dan bahkan pada tingkat tertinggi mungkin melibatkan konflik antara hati dan pikiran, pemikiran yang intuitif dan pemikiran yang logis. Intelegensi emosi memerlukan keseluruhannya, yaitu kemampuan intuitif yang dihubungkan dengan bagian dari pikiran bawah sadar, sisi lain dari koin mata uang.
Dalam bentuk yang populer, EQ telah mengalami perkembangan tersendiri dan meliputi berbagai macam emosi, sifat dan ciri khas kepribadian. Tetapi John Mayer menganggapnya sebagai keterampilan intelektual, seperti Howard Gardner memandangnya sebagai intelegensi intrapersonal.
Untuk memberi reaksi dan gerak pada organ tubuh, emosional membutuhkan keterampilan/kemapuan dasar, diantaranya yaitu insting.
Insting adalah tingkah laku yang rumit, yang membutuhkan keterampilan yang tinggi dan digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang sulit, sehingga nampaknya seolah-olah seperti tingkah laku intelegentif. Tetapi berbeda dengan tingkah laku intelegentif, tingkah laku insting sifatnya sangat kaku, karena tidak dipelajari oleh mahluk yang bersangkutan maka tingkah laku insting juga tidak berkembang, melainkan tetap yang itu-itu juga selama berpuluh-puluh, beratus-ratus bahkan berjuta-juta generasi.
Hampir sama dengan insting adalah tingkah laku imprinting. K.Lorenz pernah menyelidiki anak-anak itik yang di teteskannya dan pada waktu itu telur-telur itu menetas, tidak ada mahluk atau orang lain di dekat situ kecuali ia sendiri. Ternyata anak-anak itu mengikuti induknya. Tingkah laku seperti inilah yang disebut imprinting. Walaupun yang di jumpai anak-anak itik yang baru menetas itu bukan induk itik tetapi manusia mereka tetap menganggap manusia itu sebagai induknya. Jadi ada fleksibilitas, ada kemampuan untuk penyesuaian terhadap rangsang yang berbeda, tetapi fleksibilitas ini sangat terbatas sifatnya dan hanya terjadi pada masa-masa kritis yang singkat sekali waktunya. Seandainya Lorenz baru muncul beberapa jam setelah anak itik itu menetas, maka anak-anak itik itu tidak akan mengikutinya kemana-mana.
Berbeda dengan insting dan imprinting, intelegensi jauh lebih fleksible dan justru dipengaruhi sekali oleh faktor pengalaman dan faktor belajar. Seorang
insinyur yang membuat jembatan tidak memperoleh kepandaiannya begitu saja, melainkan mempelajarinya dengan sedikit demi sedikit secara bertahap sejak ia masih dipangkuan ibunya sampai ia menamatkan sekolah tingginya di jurusan teknik sipil. Walaupun demikian dalam intelegensi ada juga unsur-unsur yang dibawa sejak lahir yaitu unsur bakat.
Bakat adalah kondisi dimana diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
Bakat menurut definisi Bingham yang sering dipakai sebagai dasar teori penyusunan test bakat adalah: ”A condition or set of characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some knowledge (visual specified), skill or set of responses, such as the ability to speak a language to product music, etc”
Jadi bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Misalnya kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik dan lain-lain.
Sesorang yang memiliki bakat matematika misalnya akan mudah sekali menguasai pelajaran-pelajaran ilmu pasti sedangkan seseorang yang mempunyai bakat daya ingatan yang kuat akan cepat menguasai pelajaran atau pekerjaan yang membutuhkan daya ingatan. Bakat ini dipisahkan dari intelegensi karena pengaruhnya yang besar terhadap intelegensi.

2. Uraian
Dalam arti yang sesungguhnya kita memiliki dua pikiran, satu yang berfikir dan satu yang merasa. Pikiran yang berfikir bersifat pasti atau rasional, yaitu sesuai atau mengikuti prosedur-prosedur tertentu sedangkan pikiran yang merasa bersifat fleksible sesuai dengan situasi dan kondisi dari lingkungan luar.
Dikotomi emosional/ rasional kurang lebih sama dengan awam antara hati dan kepala: mengetahui sesuatu itu benar didalam hati anda.
Kedua pikiran tersebut yang emosional dan yang rasional, pada umumnya bekerja dalam keselarasan yang erat, saling melengkapi cara-cara mereka yang amat berbeda dalam mencapai pemahaman guna mengarahkan kita menjalani kehidupan duniawi.
Biasanya ada keseimbangan antara pikiran emosional dan pikiran rasional, emosi memberi masukan dan informasi kepada proses pikiran rasional, dan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memveto masukan-masukan emosi tersebut.
Namun pikiran emosional dan rasional merupakan kemampuan-kemampuan yang semi mandiri; masing-masing, sebagaimana akan kita lihat mencerminkan kerja jaringan sirkuit yang berbeda namun saling terkait didalam otak. Pada dasarnya, hasil dua pikiran tersebut dibutuhkan dan digunakan untuk menentukan gerak anggota tubuh.
Untuk menghasilkan gerak yang terbaik maka sebaiknya pikiran rasional diperankan sebagai pembuat konsep yang menentukan prosedur atau langkah-langkah gerak sedangkan pikiran rasional mengendalikan gerak sehingga gerak dan aktifitas tubuh tertata dan tampak lebih halus dan sopan.
Didalam banyak atau sebagian besar peristiwa. Pikiran-pikiran ini terkoordinasi secara istimewa; perasaan sangat penting bagi pikiran, pikiran sangat penting bagi perasaan. Tetapi bila muncul napsu keseimbangan itu goyah, pikiran emosionallah yang menang serta menguasai pikiran rasional.
Ledakan emosional semacam itu merupakan pembajakan syaraf. Bukti menunjukan bahwa pada saat-saat tersebut pusat pada otak limbik mengumumkan adanya keadaan darurat, sambil menghimpun bagian-bagian lain otak untuk mendukung agendanya yang mendesak. Pembajakan tersebut berlangsung seketika dan memicu reaksi atas momen penting sebelum neokorteks bagian otak yang berfikir memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, misalnya memutuskan apakah tindakan itu merupakan gagasan yang baik. Ciri utama pembajakan semacam itu adalah begitu saat tersebut berlalu, mereka yang mengalaminya tidak menyadari apa yang baru saja mereka lakukan.
Pandangan mengenai kodrat manusia yang mengabaikan kekuatan emosi. Jelaslah pandangan yang amat picik. Sebutan home sapiens, spesies yang berfikir merupakan hal yang keliru dalam pola pemahaman serta visi baru yang ditawarkan oleh sains saat ini tentang emosi dalam kehidupan kita. Sebagaimana kita tahu dari pengalaman apabila masalahnya menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting daripada nalar. Kita sudah terlampau lama menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi berkuasa.
Hasil dari pikiran emosional dan rasional akan diwujudkan dalam gerak atau tampilan organ tubuh. Sehingga apa yang terjadi atau dilakukan oleh organ tubuh, mencerminkan kejiwaan yang sedang dialami oleh orang yang bersangkutan. Demikian pula orang yang memandangnya akan memberi penilaian padanya dengan dua landasan pikiran yaitu emosional dan rasional.
Pemahaman penuh empati yang menyadari bahwa bila mata seseorang berkaca-kaca berarti ia sedang sedih meskipun kata-katanya menyangkal merupakan tindak pemahaman yang sama persis dengan perilaku menyerap makna yang terkandung dalam kata-kata yang tersurat yang satu merupakan tindakan pikiran emosional yang lain merupakan tindakan pikiran rasional. Selanjutnya tingkat kecerdasan emosional seseorang tersebut disebut dengan EQ.
EQ meliputi kemampuan untuk mengungkapkan perasaan suatu kesadaran dan pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Dalam repertoar emosi, setiap emosi memainkan peran khas. Sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologi mereka. Dengan menggunakan metode-metode baru untuk meneliti tubuh dan otak, para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologi tentang bagaimana masing-masing emosi, mempersiapkan tubuh tuntut jenis reaksi yang sangat berbeda:
a. Bila darah amarah mengalir ke tangan, mudahlah tangan menyambar senjata atau menghantam lawan; detak jantung meningkat; dan banjir hormon supaya adrenalin membangkitkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat.
b. Bila darah ketakutan mengalir ke otot-otot rangka besar, seperti di kaki, kaki menjadi lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi pucat seakan-akan darah tersedot dari situ (menimbulkan perasaan bahwa darah menjadi dingin). Pada waktu yang sama tubuh membeku bila hanya sesaat, barangkali mencari tempat persembunyian adalah reaksi yang lebih baik. Sirkuit-sirkuit dipusat-pusat emosi otak memicu terproduksinya hormon-hormon yang membuat tubuh waspada membuatnya awas dan siap bertindak dan perhatian tertuju pada ancaman yang dihadapi; agar reaksi yang muncul semakin baik.
c. Salah satu perubahan-perubahan biologis utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya kegiatan dipusat otak yang menghambat perasaan negatif dan meningkatkan energi yang ada dan menghilangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan. Tetapi tidak ada perubahan dalam fisiologi seistimewa ketenangan; yang membuat tubuh pulih lebih cepat dari rangsangan biologi emosi yang tidak mengenakan. Konfigurasi ini mengistirahatkan tubuh secara menyeluruh dan juga kesiapan dan antusiasme menghadapi tugas-tugas dan berjuang mencapai sasaran-sasaran yang lebih besar.
d. Cinta, perasaan kasih sayang dan kepuasaan seksual mencakup rangsangan para simpatetik secara fisiologi adalah lawan mobilisasi bertempur atau kabur yang disebut respon relaksasi adalah serangkaian reaksi diseluruh tubuh yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas sehingga mempermudah kerjasama.
e. Naiknya alis mata sewaktu terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang lebih lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana rancangan tindakan yang terbaik.
f. Dan lain-lain
Dalam catatan sejarah, manusia telah melewati berbagai keadaan dan perubahan lingkungan, untuk mengimbangi keadaan tersebut agar tetap bertahan hidup maka manusia menggunakan naluri perasaan untuk mencari solusi sehingga tetap merasa nyaman.
Para ahli sosiobiologi menunjuk pada keunggulan perasaan dibandingkan nalar pada saat-saat kritis semacam itu bila mereka menyimpulkan tentang mengapa evolusi menempatkan emosi sebagai titik pusat jiwa manusia. Menurut para ahli tersebut, emosi menuntun kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau riskan bila hanya diserahkan kepada otak; bahaya, kehilangan yang menyedihkan, bertahan mencapai tujuan, kendati dilanda kekecewaan, keterikatan dengan pasangan membina keluarga.
Berbagai perubahan dan situasi-situasi kritis tersebut telah memberi tekanan-tekanan pada jiwa seseorang.
Tekanan-tekanan yang sama itu telah membuat respon-respon emosinal kita sangat berharga, untuk kelangsungan hidup; bila tekanan-tekanan itu lengap, lenyap pula lah keunggulan amarah sebagai bagian dari repertoar emosi kita.


3. Kesimpulan
a. Kepribadian merupakan karakteristik/ kebiasaan seseorang baik dalam berfikir, bertindak, berbicara, bersikap maupun dalam pengambilan keputusan.
b. Unsur penggerak organ dan jiwa seseorang terdiri dari tiga unsur yaitu hasil pemikiran rasional atau nalar, hasil pemikiran rasa/ perasaan dan gerak diluar pemikiran atau gerak dibawah sadar.
c. Daya pemikiran rasional atau nalar disebut intelektual question, daya pemikiran yang bersumber dari rasa dan perasaan disebut emosional question, dan gerak diluar pemikiran utama atau gerak dibawah sadar disebut insting dan imprinting.
d. Insting dan Imprinting merupakan hasil pemikiran otak yang berdasarkan kebiasaan/pengalaman sehingga terkadang diluar kontrol pikiran emosional dan rasioanl namun biasanya terjadi atas dorongan emosional.
e. Insting dan Imprinting terjadi akibat kebiasaan atau tindakan yang pernah dilakukan dan terekam oleh memori otak.
f. Tindakan radikal bisa terjadi pertama kali akibat pembajakan syaraf yang kemudian terekam oleh memori otak dan menjadi insting dan imprinting sehingga dilakukan berulang-ulang dan menjadi kebiasaan yang selanjutnya membentuk kepribadian seseorang.


”Emotional Intelegence akan memberi data-data informasi untuk bahan pertimbangan dan pemikiran Intelektual Question
Hasil pemikiran tersebut akan menjadi gerak dan kebiasaan yang selanjutnya membentuk kepribadian seseorang”